RSS

Mangrove Berkurang Menimbulkan Kerugian


Berdasarkan data tahun 1999, luas wilayah mangrove yang terdapat di Indonesia yakni total 8,6 juta hektare. Namun sejak rentang 1999 hingga 2005, hutan bakau itu sudah berkurang sebanyak 5,58 juta hektare atau sekitar 64 persennya. Saat ini hutan mangrove di Indonesia yang dalam keadaan baik tinggal 3,6 juta hektar, sisanya dalam keadaan rusak dan sedang.

Mangrove sebagai salah satu sumber daya alam yang tumbuh di kawasan pantai, merupakan ekosistem unik. Ekosistem hutan mangrove menjadi ekosistem penyambung atau interface antara daratan dan lautan.
Dampak hilangnya mangrove mulai dirasakan oleh masyarakat daerah pesisir. Rupanya hutan mangrove tak cuma memiliki fungsi ekologis, melainkan juga fungsi ekonomis. Muzayin, seorang warga Desa Wringin Putih Muncar, mengatakan setelah mangrove berkurang drastis di daerahnya tersebut, tangkapan ikan, kepiting, serta kerang pun berkurang.



Di Indonesia, kerusakan hutan bakau sudah merata di berbagai wilayah. Berdasarkan informasi dari Mongabay ni yah, di Provinsi Riau misalnya, kerusakan cukup parah sudah bisa dilihat dan dirasakan. Penggundulan hutan bakau banyak terjadi di garis pantai Riau tepatnya di Kabupaten Bengkalis, Meranti dan Dumai. Kerusakan atau gundulnya hutan disebabkan maraknya pembalakan warga sekitar yang tidak melakukan penanaman kembali.
Dari sumber yangg sama, disebutkan kerusakan juga terjadi di Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Semarang. Kerusakan yang terjadi mencapai 4.500 ha, 90% dari total luasan lahan total yaitu 5000 ha. Di Provinsi Sumatra Utara, sekitar 1.385 ha hutan bakau yang ada di sekitar Kabupaten Langkat mengalami kerusakan. Kerusakan disebabkan karena konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Kerusakan juga diperparah dengan dibuatnya benteng-benteng penahan air.

Di Kalimantan hal serupa terjadi juga. Kerusakan terjadi di sepanjang pesisir Kabupaten Kubu Raya hingga Kayong Utara Kalimantan Barat. Kerusakan terjadi karena penebangan yang bertujuan untuk diambil kayunya.

Kerusakan bakau yang tidak sedikit ini sangat banyak menimbulkan kerugian, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Dari pandangan nelayan, secara ekonomi kerusakan hutan bakau membuat ratusan nelayan tidak bisa mendapatkan ikan di daerah hutan bakau lagi. Tangkapan kerang, kepiting dan udang berkurang drastis.
Dari segi ekologi dan lingkungan, hilangnya kawasan hutan ini menyebabkan berkurang pula nutrien yang memberi asupan pada biota laut lainnya. Perputaran bahan bahan organik seperti karbon, nitrogen, sulfur tidak berjalan dengan sempurna. Hilangnya vegetasi hutan ini menyebabkan beberapa spesies ikan (seperti ikan pesut), kerang dan udang terganggu daur hidupnya, tidak mendapatkan tempat untuk berkembang biak. Tidak hanya biota laut, Bekantan (Nasalis larvatus) yang biasanya hidup di pohon bakau atau pepohonan lain di kawasan mangrove juga terancam punah, karena terancam habitatnya. Spesies lain yang juga terancam antara lain harimau sumatera (Panthera tigris), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus).
Tidak adanya barisan mangrove, sama dengan tidak adanya ‘penjaga pantai’. Mangrove seakan menjadi penjaga daratan dari bahaya-bahaya yang datang dari lautan. Luasan abrasi (terkikisnya daratn oleh air laut) semakin tinggi, dan potensi kerusakan jika terjadi tsunami juga semakin tinggi. Berdasarkan penelitian CIFOR dan USDA yang ada di blog Mongabay, kerusakan pada hutan mangrove memiliki dampak empat kali lebih besar daripada kerusaan pada hutan tropis (pada luasan yang sama).



Banyak bencana dan kerugian yang terjadi akibat rusak/hilangnya hutan bakau, seperti: abrasi pantai, intrusi air laut, banjir, hancurnya pemukiman penduduk diterpa badai laut, hilangnya sumber perikanan alami, hilangnya kemampuan dalam meredam emisi gas rumah kaca.
 Kondisi tersebut, umumnya disebabkan oleh:
   Pengambilan/penebangan hutan bakau secara berlebihan
    Pengalihfungsian hutan mangrove menjadi areal tambak, pemukiman ataupun pertanian dengan tidak memperhatikan asas konservasi dan berkesinambungan
     Membiarkan wilayah pesisir tandus dan gersang tanpa adanya upaya penghijauan (misal dengan tanaman bakau)

Indonesia memiliki kawasan pesisir sangat luas yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman pantai seperti hutan bakau (Indonesia merupakan negara tropis dengan hutan bakau terluas di dunia, sekitar 3,2 juta ha). Namun sangat disayangkan, sejak pertengahan tahun 1980-an, hampir sebagian besar kawasan pesisir di Indonesia telah mengalami kerusakan cukup parah terutama diakibatkan oleh pengalihfungsian hutan pantai menjadi lahan pertambakan dan peruntukan lainnya.

Untuk mengembalikan fungsi, manfaat serta jasa-jasa lingkungan ekosistem hutan bakau dan hutan pantai lainnya, diperlukan upaya-upaya rehabilitasi dan pengelolaan pesisir yang tepat dan benar, salah satunya adalah dengan menerapkan konsep tambak ramah lingkungan atau sering disebut sebagai budidaya tambak yang melestarikan bakau sebagai jalur hijau atau penanaman mangrove di tambak (silvofishery). 






Mari menjaga mangrove dengan tidak membuang sampah sembarangan ke dalam air!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS